Kenapa Mata Bayi Merah? Inilah Penyebab & Cara Mengatasinya!>
Mata bayi merah merupakan keluhan yang cukup umum dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi ringan hingga infeksi. Kondisi ini sering muncul pada periode awal kehidupan bayi karena sistem pertahanan mata bayi belum sempurna dan masih dalam tahap perkembangan.
Meski umumnya tidak berbahaya, mata merah pada bayi tetap memerlukan perhatian yang tepat untuk mencegah komplikasi. Dengan memahami penyebab serta langkah penanganannya, orang tua dapat memberikan perawatan yang sesuai dan menjaga kesehatan mata si kecil secara optimal. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Penyebab Mata Bayi Merah
Mata bayi yang tampak merah dapat dipicu oleh berbagai kondisi, baik yang bersifat ringan maupun yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa penyebabnya:
1. Penyumbatan pada Saluran Air Mata
Sekitar 6% bayi baru lahir mengalami penyumbatan saluran air mata, yang dapat menyebabkan keluarnya cairan putih atau kuning serta mata kemerahan. Umumnya, kondisi ini hilang dengan sendirinya, terutama pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Penyumbatan saluran air mata juga meningkatkan risiko perkembangan penyakit konjungtivitis, yakni peradangan pada mata yang juga dapat menjadi salah satu penyebab mata bayi merah.
2. Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada mata yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, sehingga bagian putih mata tampak kemerahan atau merah muda.
Selain perubahan warna pada mata, kondisi ini sering disertai keluhan seperti rasa gatal, mata berair, serta keluarnya cairan kuning kental yang dapat mengering dan membentuk kerak (belekan).
Pada bayi, terdapat beberapa jenis konjungtivitis yang paling sering ditemukan, antara lain:
- Konjungtivitis inklusi (klamidia): Terjadi ketika bakteri ditularkan dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Gejalanya meliputi mata merah, pembengkakan kelopak mata, dan keluarnya nanah yang biasanya muncul dalam 5–12 hari setelah lahir.
- Konjungtivitis gonokokal: Ini merupakan infeksi yang lebih serius karena berisiko menimbulkan komplikasi, seperti bakteremia (tersebarnya bakteri di dalam aliran darah seluruh tubuh) dan meningitis (radang selaput otak). Selain mata yang tampak merah, kondisi ini ditandai dengan nanah kental dan pembengkakan pada mata.
- Konjungtivitis kimia: Biasanya muncul akibat penggunaan obat tetes mata pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi bakteri. Gejalanya berupa mata merah dan kelopak mata bengkak, namun ini adalah iritasi ringan dan sementara, umumnya hanya berlangsung selama 24–36 jam.
3. Abrasi Kornea
Abrasi kornea adalah kondisi ketika kornea (bagian bening yang melapisi permukaan mata) tergores. Goresan ini bisa disebabkan oleh partikel kecil seperti debu, pasir, kotoran, atau bahkan lembaran kertas.
Beberapa gejalanya antara lain:
- Bayi mungkin cenderung berkedip dan menutup mata yang bermasalah untuk melindunginya.
- Mata tampak merah atau seperti ada pembuluh darah yang menonjol.
- Akan muncul lebih banyak air mata dari mata yang bermasalah.
- Bayi tampak tidak nyaman saat terkena cahaya terang.
- Bayi mungkin bereaksi seolah ada benda asing di dalam matanya.
- Meski tidak bisa mengungkapkan secara verbal, bayi biasanya menunjukkan nyeri lewat menangis, rewel, atau terus menutup mata.
- Kelopak mata bisa tampak bengkak.
Jika si kecil dicurigai mengalami abrasi kornea, segera bawa ke dokter mata untuk dievaluasi lebih lanjut agar tidak berkembang menjadi infeksi.
4. Iritasi
Iritasi juga dapat menjadi salah satu penyebab mata merah pada bayi. Berbagai zat atau benda dari lingkungan, baik di dalam maupun luar ruangan, dapat memicu iritasi pada mata bayi.
Beberapa pemicunya antara lain:
- Asap rokok.
- Parfum.
- Tabir surya.
- Sabun.
- Kandungan klorin pada air kolam renang.
Umumnya, kemerahan akibat iritan akan mereda dengan sendirinya setelah bayi dijauhkan dari sumber iritasi atau setelah lingkungan rumah dibersihkan dari zat pemicunya.
5. Perdarahan Subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva terjadi saat pembuluh darah kecil (kapiler) di bawah konjungtiva pecah dan membuat mata bayi merah di bagian putih matanya.
Karena konjungtiva tidak dapat menyerap darah dengan cepat, darah terperangkap di area tersebut dan menimbulkan bercak kemerahan. Kondisi ini biasanya tidak serius dan umumnya membaik sendiri dalam hitungan minggu.
6. Blefaritis
Blefaritis adalah kondisi peradangan pada kelopak mata yang umumnya terjadi di kedua sisi. Penyebabnya bisa berupa infeksi bakteri atau masalah pada kelenjar minyak yang tersumbat maupun tidak bekerja optimal.
Pada bayi, blefaritis dapat muncul dengan tanda-tanda seperti mata merah dan berair, kelopak mata terasa gatal dan bengkak, kelopak mata yang lengket, kulit sekitar mata tampak bersisik, adanya kerak pada bulu mata saat bangun tidur, hingga bulu mata yang rontok.
Baca juga: Mata Merah pada Anak tapi Tidak Sakit? Kenali Penyebab & Cara Mengatasinya
7. Alergi
Jika bayi memiliki sensitivitas terhadap alergen dan terpapar alergen tersebut, terutama pada area mata, tubuhnya dapat melepaskan zat histamin dalam peredaran darah sebagai respons pertahanan. Reaksi ini dapat menyebabkan mata bayi tampak merah, kelopak mata membengkak, dan terasa gatal. Meski begitu, alergi umumnya jarang terjadi pada bayi di bawah usia satu tahun.
Namun, bila mata bayi merah, gatal, bengkak, berair, dan disertai hidung meler, kemungkinan ia mengalami reaksi alergi terhadap iritan seperti debu, serbuk sari, atau asap.
8. Flu
Tanpa disadari, flu yang dialami bayi juga dapat memicu munculnya mata merah. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh bayi masih belum sempurna sehingga lebih mudah terserang infeksi, termasuk flu yang mudah menular.
Meski gejalanya mirip dengan yang dialami orang dewasa, flu dapat berkembang lebih berat pada anak di bawah usia 2 tahun atau pada bayi dengan kondisi kronis tertentu, seperti gangguan jantung, paru, atau neurologis.
Umumnya flu tidak memerlukan penanganan medis khusus, namun pada kondisi tertentu dokter dapat memberikan obat antivirus.
9. Uveitis
Uveitis adalah peradangan pada mata yang menyerang uvea, yaitu lapisan tengah pada dinding mata. Gejalanya biasanya muncul mendadak dan dapat memburuk dengan cepat, seperti:
- Kemerahan pada mata: Sklera dapat tampak merah atau menunjukkan peningkatan produksi air mata.
- Sensitivitas terhadap cahaya: Bayi mungkin menyipitkan mata, menutup mata, atau menjadi rewel ketika terpapar cahaya terang.
- Penglihatan kabur: Meskipun sulit diidentifikasi secara langsung, kondisi ini dapat dilihat dari bayi yang kesulitan mengikuti objek atau koordinasi mata yang tampak kurang baik.
- Penurunan penglihatan: Bayi dapat tampak kurang responsif terhadap lingkungan atau lebih sering menabrak benda di sekitarnya.
- Ketidaknyamanan atau nyeri: Bayi tidak dapat mengungkapkan rasa sakit secara verbal, namun sering mengucek mata yang dapat menjadi indikasi adanya ketidaknyamanan.
- Perubahan pada mata: Perubahan pada tampilan pupil atau terlihat adanya akumulasi cairan berwarna putih di bagian bawah mata.
Penyebab uveitis bisa berupa infeksi, cedera, atau penyakit peradangan maupun autoimun. Karena dapat berujung pada kerusakan penglihatan permanen, kondisi ini perlu ditangani secepat mungkin. Hubungi dokter segera bila Anda menduga bayi mengalami uveitis.
10. Episcleritis
Episcleritis adalah peradangan pada lapisan tipis di atas bagian putih mata. Gejala umumnya berupa mata merah, kadang disertai sensasi terbakar, iritasi, atau sensitif terhadap cahaya. Kondisi ini biasanya tidak menimbulkan nyeri sehingga bila bayi tampak kesakitan, mungkin ada kondisi lain yang menjadi penyebabnya.
Baca juga: Ciri-Ciri Sakit Mata: Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya
Cara Mengatasi Mata Merah pada Bayi
Menangani mata merah pada bayi memerlukan perhatian ekstra karena mata dan kulit bayi sangat sensitif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Amati gejalanya. Perhatikan apakah terdapat keluhan lain seperti keluarnya cairan dari mata, pembengkakan, atau bayi sering menggosok-gosok mata.
- Bersihkan dengan hati-hati. Gunakan kapas steril yang dibasahi air matang hangat untuk membersihkan area mata, usap dari sudut dalam ke arah luar dengan satu kali sapuan. Gunakan kapas baru untuk setiap usapan.
- Hindari kontak langsung. Jangan menyentuh mata bayi secara langsung, terutama bila terdapat infeksi seperti konjungtivitis. Usahakan juga agar bayi tidak menggosok-gosok matanya.
- Lakukan kompres hangat. Kompres hangat dapat membantu mengurangi keluhan bengkak akibat iritasi atau infeksi. Letakkan kain bersih yang sudah dibasahi air hangat pada mata bayi selama beberapa menit.
- Jaga kebersihan tangan. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh area mata bayi untuk mencegah penyebaran infeksi.
- Hindari paparan iritan. Pastikan bayi tidak terpapar asap, debu, atau alergen lain yang bisa memicu iritasi.
- Jaga kebersihan lingkungan. Pastikan area sekitar bayi, termasuk tempat tidur dan mainan, tetap bersih.
- Pijat jika diperlukan. Bila bayi mengalami saluran air mata tersumbat, dokter dapat menyarankan pemijatan ringan di sudut mata dalam beberapa kali sehari untuk membantu membuka sumbatan.
- Gunakan obat sesuai anjuran. Jika mata merah tidak membaik atau disertai gejala lain seperti demam, konsultasikan ke dokter anak. Dokter dapat meresepkan obat tetes mata atau salep antibiotik jika diperlukan.
Konsultasikan dengan dokter spesialis mata untuk menentukan langkah penanganan yang paling sesuai dengan kondisi bayi.
Demikian penjelasan mengenai penyebab mata bayi merah hingga cara mengatasinya. Memahami tanda-tandanya sejak awal dapat membantu orang tua mengambil langkah yang tepat.
Jika Anda membutuhkan evaluasi lebih lanjut atau ingin memastikan kondisi mata si kecil tetap sehat, Anda dapat berkonsultasi dengan layanan Children Eye & Strabismus Center di JEC Eye Hospitals and Clinics. Dokter spesialis mata akan memberikan pemeriksaan komprehensif dan penanganan yang tepat sesuai kondisi mata bayi.
Dengan langkah yang cepat dan perawatan yang sesuai, kesehatan mata si kecil dapat kembali optimal.
Baca juga: Cara Mengobati Mata Bayi Belekan dan Berair dengan Aman


ENG