Abrasi Kornea, Kenali Penyebab dan Cara Mengobatinya

  09 Apr 2025

  73 Views

Share
Abrasi Kornea

Apakah Anda pernah merasa mata tiba-tiba perih seperti ada yang mengganjal, nyeri hebat, silau, dan mata merah? Kondisi ini bisa menjadi tanda abrasi kornea/kornea tergores (scratched cornea). 

 

Kondisi ini terjadi saat permukaan luar kornea (bagian bening di depan mata) mengalami goresan atau luka.

 

Meski tampak sepele, gangguan mata ini sebaiknya tidak diabaikan karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, penglihatan kabur, hingga infeksi bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Mari simak informasi selengkapnya mengenai abrasi kornea dalam ulasan di bawah ini.

Apa Itu Abrasi Kornea (Scratched Cornea)?

Seperti yang sudah dijelaskan, abrasi kornea adalah suatu kondisi ketika permukaan luar kornea atau bagian bening pada mata yang disebut sebagai epitelium mengalami goresan atau cedera.

Umumnya, scratched cornea bukanlah kondisi yang serius. Namun, sebaiknya tetap mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter. Jika goresan berkembang menjadi infeksi, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Penyebab Abrasi Kornea

Scratched cornea dapat disebabkan oleh sesuatu yang masuk ke mata dan menyebabkan goresan, seperti:

 

  • Debu, kotoran, atau pasir.
  • Dahan, ranting, atau daun.
  • Potongan kayu atau logam kecil, misalnya saat mengelas dan partikel besinya masuk ke mata.
  • Kuas atau aplikasi tata rias lainnya yang mengenai mata.
  • Percikan sabun dan detergen.
  • Kuku jari.
  • Peralatan olahraga.
  • Luka bakar karena radiasi.
  • Trikiasis (posisi bulu mata tidak normal dan tumbuh ke arah dalam mata).

Selain itu, abrasi kornea juga dapat disebabkan oleh penggunaan lensa kontak yang kurang tepat, misalnya:

 

  • Memakai lensa kontak saat mata kering.
  • Memakai softlens maupun hardlens yang rusak, salah posisi, kering, tidak pas, atau penggunaan jangka panjang.
  • Penggunaan lensa kontak semalaman (dibawa tidur).
  • Terlalu menekan atau terkena kuku saat melepaskan atau memasukkan softlens.

Baca juga: Waspada! Papiledema Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius dan Penyebab Kebutaan

Faktor Risiko Abrasi Kornea

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko abrasi kornea adalah sebagai berikut:

 

  • Bekerja di tempat-tempat yang dapat membahayakan mata, seperti mesin penggiling, las, atau tempat gergajian kayu.
  • Menata taman tanpa kacamata pengaman.
  • Berpartisipasi dalam olahraga kontak yang memiliki risiko cedera mata, misalnya tinju dan basket.
  • Mengenakan softlens secara sembarangan.
  • Mata kering.
  • Menggosok mata terlalu keras dan berulang kali.

Gejala Abrasi Kornea

Gejala utama abrasi kornea adalah rasa nyeri ketika membuka atau menutup mata. Adapun beberapa gejala lainnya adalah sebagai berikut:

 

  • Merasa seperti ada pasir, kerikil, atau benda asing lainnya di mata. 
  • Mata berair berlebihan dan kemerahan.
  • Sensitif terhadap cahaya (fotofobia) atau silau.
  • Penglihatan kabur.
  • Kecenderungan menyipitkan mata.

Diagnosis Abrasi Kornea

Pertama-tama, dokter akan melakukan anamnesis (wawancara medis) untuk menanyakan gejala serta riwayat medis pasien.

 

Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal apa yang membuat mata pasien mulai terasa sakit. Pada kasus abrasi kornea, akan ditemukan riwayat trauma pada mata. 

 

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan mata lengkap, termasuk slit lamp exam dengan mikroskop yang memungkinkan dokter melihat mata lebih dalam.

 

Pada pemeriksaan ini dokter mungkin akan menemukan kemerahan, bengkak, atau pada kasus yang jarang terjadi akan ditemukan hifema (darah) dan hipopion (nanah).

 

Dokter mungkin juga akan meneteskan pewarna kuning yang disebut fluorescein untuk menemukan defek kornea karena abrasi di permukaan kornea.

 

Baca juga: Pahami Arti Mata Silinder: Penyebab, Gejala, dan Perawatan

Pengobatan Abrasi Kornea

Pengobatan abrasi kornea dapat dimulai dengan membilas mata menggunakan air bersih atau larutan garam steril (cairan infus).

 

Sebaiknya, penderita tidak menggosok mata meski merasa tidak nyaman atau mengganjal. Alih-alih menggosok, lebih baik meneteskan tetes mata artificial tears (air mata buatan) sesuai anjuran dokter untuk membuat mata lebih nyaman.

 

Jika dokter menemukan adanya partikel di dalam mata, dokter akan menggunakan aliran cairan infus, kapas atau alat khusus untuk mengeluarkannya. Dokter mungkin juga memberikan anestesi topikal agar pasien tidak merasakan sakit selama prosedur berlangsung.

 

Kemudian, dokter akan memberikan resep untuk mencegah terjadinya infeksi, biasanya berupa tetes mata atau antibiotik.

 

Selain itu, tetes mata sikloplegik yang berfungsi untuk mengendurkan otot mata tertentu juga mungkin diresepkan untuk membuat nyeri dan silau berkurang agar pasien merasa lebih nyaman.

 

Apabila kondisi tidak membaik setelah tiga hari, penderita harus memberi tahu dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

 

Jika goresannya hanya kecil, pasien mungkin tidak memerlukan obat antinyeri. Namun, jika dibutuhkan, dokter biasanya meresepkan obat antiinflamasi nonsteroid atau analgesik topikal (tetes mata atau pereda nyeri).

 

Dokter juga dapat menyarankan penggunaan perban agar lecet dapat sembuh dan mengurangi nyeri yang terkait dengan kedipan mata.

 

Abrasi kornea yang berukuran kecil sebagian besar  bersifat ringan dan akan sembuh dalam lima hari. Goresan yang lebih besar pada mata lebih mungkin mengakibatkan komplikasi, seperti:

 

  • Keratitis (peradangan kornea).
  • Ulkus kornea.
  • Iritis (peradangan iris).
  • Sindrom erosi berulang, kondisi di mana seseorang mengalami episode nyeri mata dan penglihatan kabur berulang karena lapisan atas kornea rusak.

Pencegahan Abrasi Kornea

Untuk mencegah abrasi kornea, sebaiknya gunakan alat pelindung mata ketika Anda sedang:

 

  • Bekerja dengan bahan kimia.
  • Bekerja dengan paparan sinar UV.
  • Melakukan pekerjaan di halaman, kebun, atau sawah, misalnya saat memotong rumput.
  • Berpartisipasi dalam olahraga kontak, seperti boxing.
  • Menggunakan mesin, seperti penggiling, bor, atau peralatan las.
  • Melakukan pekerjaan perbaikan, misalnya mengecat tembok.

Selain itu, pasien yang memakai lensa kontak harus memastikan lensa tersebut pas, higienis, belum memasuki tanggal kedaluwarsa, dan menggantinya sesuai petunjuk. Lebih lanjut, mata tidak boleh digosok setelah terkena benda asing karena dapat merusak kornea lebih parah. 

 

Disarankan untuk segera menghubungi dokter mata (setelah perawatan awal) jika mengalami:

 

  • Defek epitel yang lebih besar setelah 24 jam.
  • Sekresi bernanah.
  • Penurunan penglihatan lebih dari 1-2 garis (dari 20/20 menjadi 20/60).
  • Abrasi kornea yang tidak sembuh setelah 3-4 hari.
  • Anak-anak yang enggan membuka mata yang terdampak setelah 24 jam.

Itulah penjelasan mengenai abrasi kornea yang perlu dipahami. Menjaga kesehatan mata sangat penting agar aktivitas sehari-hari tetap nyaman. Untuk itu, apabila Anda mengalami gejala yang mengarah pada abrasi kornea, seperti mata perih, kemerahan, atau sensasi mengganjal, jangan anggap remeh.

 

Penanganan yang cepat dan tepat bisa mencegah komplikasi yang lebih serius. Untuk perawatan mata yang komprehensif dan tepercaya, Anda bisa mengandalkan JEC.

 

Dengan tim dokter spesialis berpengalaman dan teknologi canggih, JEC siap memberikan Perawatan Kornea yang mencakup diagnosis akurat dan perawatan komprehensif untuk masalah kornea, termasuk abrasi kornea. Mari kunjungi JEC dan dapatkan kenyamanan Anda kembali dengan mata yang sehat!

 

Baca juga: Ablasio Retina (Retinal Detachment) Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

icon-doctor