Blefaritis adalah peradangan kronis pada tepi kelopak mata yang sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti mata merah, gatal, berair, hingga munculnya kerak atau sisik di sekitar bulu mata.
Meski tergolong jenis sakit mata yang umum, blefaritis sering kali tidak terdeteksi atau dianggap sepele, padahal jika dibiarkan dapat mengganggu kualitas penglihatan dan menyebabkan infeksi berulang.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai penyebab, gejala, serta penanganan medis yang diperlukan untuk mengatasi blefaritis secara tepat dan tuntas. Mari simak!
Apa Itu Blefaritis?
Blefaritis adalah kondisi ketika kelopak mata mengalami peradangan yang ditandai dengan kelopak mata bengkak, merah, iritasi, dan gatal. Kondisi ini juga dapat mengakibatkan serpihan berkerak seperti ketombe pada bulu mata.
Namun, kondisi ini tidak menular dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada mata. Blefaritis sangat umum terjadi, terutama di antara orang-orang yang memiliki kulit berminyak, ketombe atau rosacea.
Jenis-Jenis Blefaritis
Blefaritis terbagi menjadi dua jenis, tergantung dari area kelopak mata yang terdampak. Berikut masing-masing penjelasannya:
- Blefaritis anterior: Peradangan yang terjadi di bagian luar depan kelopak mata, tempat bulu mata keluar dari kelopak mata. Kondisi ini menyebabkan kelopak mata bengkak dan kemerahan atau lebih gelap serta timbul serpihan seperti ketombe di bulu mata.
- Blefaritis posterior: Jenis blefaritis ini terjadi ketika kelenjar meibom, yaitu kelenjar yang menghasilkan minyak di bawah kelopak mata mengalami gangguan.
Baca juga: Mengenal Diplopia, Penyebab, Gejala, hingga Pengobatannya
Penyebab Blefaritis
Umumnya, blefaritis terjadi pada seseorang yang memiliki masalah dengan kelenjar meibom, gangguan kulit, atau infeksi. Penyebab blefaritis bisa berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Adapun beberapa penyebab blefaritis anterior adalah sebagai berikut:
- Alergi: Reaksi terhadap larutan lensa kontak, obat tetes mata, atau riasan mata.
- Rosacea: Peradangan kulit wajah yang bisa melibatkan kelopak mata.
- Ketombe (dermatitis seboroik): Serpihan ketombe dapat mengiritasi kelopak mata.
- Mata kering: Saluran air mata kering menyebabkan mata rentan terhadap iritasi dan menurunkan resistensi terhadap bakteri
- Kutu atau tungau di bulu mata: Tungau bisa menyumbat folikel dan kelenjar di sekitar mata.
Sementara itu, penyebab blefaritis posterior adalah sebagai berikut:
- Meibomian gland dysfunction (MGD): Aliran minyak yang terganggu memicu mata kering dan infeksi.
- Rosacea.
- Ketombe.
Faktor Risiko Blefaritis
Selain mengidap rosacea dan berketombe, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko blefaritis adalah sebagai berikut:
- Terpapar zat yang menyebabkan iritasi, seperti debu dan bahan kimia.
- Menderita diabetes.
- Mengenakan lensa kontak.
- Tinggal di lingkungan yang kering.
- Menghabiskan banyak waktu di ruangan ber-AC.
- Jumlah mikroba yang berlebihan di kulit sekitar mata
- Tidak membersihkan riasan secara menyeluruh.
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu.
- Menopause atau perubahan hormon.
Gejala Blefaritis
Secara umum, tanda dan gejala blefaritis meliputi:
- Kelopak mata bengkak dan/atau kelopak mata berminyak.
- Mata merah, gatal, atau perih.
- Mata kering dan mengeluarkan banyak air mata.
- Kerak pada bulu mata dan sudut mata sehingga membuat kelopak mata atas dan bawah saling menempel.
- Kulit di sekitar mata dan kelopak mata mengelupas.
- Berkedip berlebihan.
- Fotofobia.
- Penglihatan kabur.
- Bulu mata rontok.
- Bulu mata tumbuh ke arah mata (trikiasis).
Baca juga: Ulkus Kornea - Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Diagnosis Blefaritis
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan terlebih dahulu melakukan anamnesis (wawancara medis) mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan kelopak mata luar untuk melihat intensitas kemerahan, keluarnya cairan, dan pembengkakan. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
- Kultur cairan: Mengambil sampel cairan dari kelopak mata untuk diuji di laboratorium untuk menentukan jenis dan jumlah bakteri.
- Tes air mata: Mengambil sampel air mata untuk menentukan apakah kondisi ini disebabkan oleh mata kering.
- Pemeriksaan bulu mata: Mengevaluasi bulu mata melalui pemeriksaan khusus untukmendeteksi tungau.
- Biopsi kelopak mata: Jarang terjadi, namun dokter mungkin perlu melakukan biopsi apabila ada dugaan kondisi yang lebih serius seperti kanker kulit atau sel abnormal lainnya.
Pengobatan Blefaritis
Untuk beberapa jenis blefaritis, perawatan mandiri di rumah bisa membantu meredakan gejala. Jika mengalami blefaritis, berikut adalah beberapa tips yang bisa dicoba:
- Hindari riasan mata: Mengurangi penggunaan make up di area mata dapat membantu meredakan iritasi.
- Kompres hangat: Gunakan kain bersih yang direndam air hangat, peras, lalu tempelkan ke kelopak mata. Ulangi agar suhunya tetap hangat. Kompres hangat ini sebaiknya dilakukan 5-10 menit dan diulangi sebanyak 2-4 kali sehari. Ini membantu melunakkan kerak dan membersihkan minyak berlebih.
- Konsumsi omega-3: Minyak ikan atau biji rami dapat membantu meningkatkan fungsi kelenjar mata. Konsumsi sayuran hijau dan hindari makanan tinggi lemak juga disarankan.
- Scrub kelopak mata: Tersedia dalam bentuk spray, busa, atau tisu basah, biasanya mengandung asam hipoklorit. Digunakan untuk mengurangi ketombe dan jumlah bakteri di kulit kelopak mata. Selain itu pasien juga bisa menggunakan minyak tea tree.
Itulah penjelasan mengenai blefaritis yang gejala awalnya perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan infeksi berulang. Oleh karenanya, jika Anda mengalami gejala blefaritis yang tak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter spesialis mata.
JEC menyediakan Layanan Infeksi dan Imunologi Mata yang menangani berbagai kondisi infeksi serta gangguan peradangan pada mata secara menyeluruh. Didukung tim ahli dan fasilitas lengkap, JEC siap membantu Anda mendapatkan perawatan mata yang aman dan optimal!
Baca juga: Proptosis - Penyebab, Gejala, dan Cara Menanganinya