Pernahkah mata Anda terasa silau berlebihan atau tidak nyaman saat terpapar cahaya terang? Kondisi ini dikenal sebagai fotofobia. Fotofobia adalah kondisi ketika mata terlalu sensitif terhadap cahaya yang bisa menimbulkan rasa nyeri, perih, hingga sakit kepala.
Perlu diketahui, fotofobia bukan penyakit mata tersendiri, melainkan gejala atau efek samping dari kondisi tertentu. Lantas, apa saja kondisi yang bisa menyebabkan fotofobia? Apakah kondisi ini bisa diobati? Mari simak ulasan selengkapnya dalam ulasan di bawah ini.
Apa Itu Fotofobia?
Fotofobia (photophobia) adalah kondisi ketika mata terlalu peka atau sensitif terhadap cahaya terang. Pada kondisi ini, mata mengalami ketidaknyamanan atau nyeri saat terpapar cahaya, terutama cahaya terang. Ini bukanlah suatu penyakit, tetapi gejala dari berbagai kondisi medis yang mendasarinya.
Photophobia terbagi menjadi dua jenis, yaitu consensual dan direct. Direct photophobia mengacu pada nyeri mata yang terjadi saat cahaya menyinari mata yang sakit.
Sementara itu, consensual photophobia terjadi saat mata terasa sakit dan tidak nyaman ketika cahaya menyinari sisi mata yang lain.
Penyebab Fotofobia
Fotofobia dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, penggunaan obat-obatan, atau jenis pencahayaan tertentu. Berikut masing-masing penjelasannya.
1. Kondisi Medis
Photophobia bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi yang memengaruhi sistem saraf, mata, dan kesehatan mental.
A. Kondisi Saraf
Beberapa kondisi saraf yang memungkinkan terjadinya fotofobia sebagai salah satu gejalanya adalah sebagai berikut:
- Migrain: Fotofobia sangat umum dialami oleh penderita migrain hingga menjadi salah satu kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis migrain. Dalam Journal of Headache and Pain, fotofobia berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk pada penderita migrain.
- Blefarospasme: Kelainan pada kontraksi otot mata yang membuat mata berkedut dan berkedip secara tidak sengaja.
- Meningitis: Kondisi yang menyebabkan peradangan pada lapisan pelindung otak.
Baca juga: Katarak: Lebih dari Sekadar Penglihatan Kabur
B. Kondisi Mata
Selain kondisi saraf, kondisi mata itu sendiri juga dapat menyebabkan fotofobia. Beberapa di antaranya adalah:
- Penyakit kornea: Gangguan yang memengaruhi kornea (jaringan yang melapisi iris dan pupil).
- Konjungtivitis: Peradangan pada konjungtiva (jaringan yang menutupi bagian putih mata).
- Neuritis optik: Peradangan pada saraf optik.
- Uveitis: Peradangan yang terjadi di dalam mata, biasanya berkaitan dengan gangguan autoimun.
C. Kondisi Mental
Tidak hanya kondisi fisik, masalah mental tertentu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami fotofobia, seperti:
- Agoraphobia: Rasa takut berada di tengah keramaian atau takut meninggalkan rumah.
- Depresi.
- Anxiety dan panic disorder.
2. Obat-obatan
Photophobia juga bisa menjadi efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, seperti:
- Benzodiazepin (obat penenang dan anticemas).
- Obat antimalaria, seperti klorokuin dan hidroksiklorokuin.
- Antipsikotik, seperti haloperidol.
3. Jenis Pencahayaan Tertentu
Fotofobia bisa terjadi akibat rangsangan pencahayaan tertentu. Pasalnya, semakin terang cahaya, maka semakin tidak nyaman yang dirasakan mata seseorang.
Cahaya dengan panjang gelombang biru juga cenderung menyebabkan sensitivitas lebih tinggi dibandingkan panjang gelombang lainnya. Selain itu, beberapa pemicu lainnya meliputi:
- Cahaya yang berkedip.
- Cahaya dengan pola bergaris.
- Lampu fluoresen (lampu neon).
Baca juga: Ablasio Retina (Retinal Detachment) Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Gejala Fotofobia
Secara umum, beberapa gejala yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami fotofobia adalah sebagai berikut:
- Menyipitkan mata atau berkedip berkali-kali.
- Selalu melindungi mata dari cahaya dengan tangan.
- Lebih nyaman berada di dalam ruangan saat hari cerah dan akan keluar ruangan saat sudah senja.
- Lebih menyukai cahaya yang redup daripada terang.
Diagnosis Fotofobia
Untuk menegakkan diagnosis photophobia, dokter akan melakukan anamnesis terlebih dahulu dengan menanyakan gejala serta riwayat medis pasien secara lengkap.
Selanjutnya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk menemukan kondisi yang menjadi faktor penyebab. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Melakukan pemeriksaan mata menyeluruh.
- Melakukan tes neurologis yang diperlukan.
Pengobatan Fotofobia
Penanganan fotofobia bisa berbeda-beda, tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Adapun penanganan yang mungkin disarankan oleh dokter adalah:
- Menggunakan kacamata atau lensa kontak.
- Memberikan obat-obatan dalam bentuk obat tetes atau suntikan.
- Operasi.
- Menghindari hal-hal yang memicu fotofobia.
- Perawatan mandiri, meliputi:
- Mengenakan kacamata hitam dengan polarisasi atau topi saat berada di luar ruangan.
- Menghindari cahaya fluoresensi dan menggunakan pencahayaan alami.
- Menggunakan peredup lampu dalam ruangan.
- Menyesuaikan kecerahan perangkat ponsel, televisi, atau monitor.
- Menggunakan obat tetes mata yang melembapkan untuk mencegah mata kering.
Itu dia informasi seputar fotofobia yang penting untuk dipahami. Jika Anda sering merasa silau berlebihan atau mengalami ketidaknyamanan saat terpapar cahaya, jangan abaikan gejala tersebut.
Fotofobia bisa menjadi tanda adanya gangguan pada mata atau kondisi medis lainnya yang memerlukan perhatian khusus. Karenanya, penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah perburukan kondisi.
Apabila ingin mendapatkan diagnosis terkait kondisi mata yang akurat dan perawatan komprehensif, Anda bisa melakukan Pemeriksaan Mata di JEC Eye Hospitals and Clinics. Bersama dengan para dokter berpengalaman, JEC siap memberikan solusi terbaik untuk masalah kesehatan mata Anda!
Baca juga: Waspada! Papiledema Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius dan Penyebab Kebutaan