Neuritis Optik - Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

  09 Apr 2025

  134 Views

Share
Neuritis Optik

Neuritis optik adalah peradangan pada saraf optik yang menyebabkan mata nyeri, menurunnya kemampuan penglihatan, dan gejala lainnya. Gangguan mata ini biasanya berkaitan dengan kondisi kronis, seperti penyakit autoimun.

 

Diagnosis dini dan pengobatan tepat waktu dapat membantu menunda kerusakan yang lebih parah akibat neuritis optik. Jika tidak, penderita berisiko kehilangan penglihatannya. Mari simak informasi lebih lanjut mengenai neuritis optik di bawah ini.

Apa Itu Neuritis Optik?

Neuritis optik adalah jenis neuropati (penyakit saraf) yang dapat menyebabkan nyeri mata, perubahan penglihatan, bahkan kehilangan penglihatan. 

 

Kondisi ini biasanya terjadi ketika sinyal yang berjalan melalui saraf optik (saraf yang menghubungkan mata dan otak) terganggu akibat peradangan.

 

Sebagai informasi, sel-sel yang membentuk saraf optik mempunyai lapisan lemak, yaitu selubung mielin. Neuritis optik dapat menyebabkan selubung tersebut rusak.

 

Lapisan ini bersifat protektif sehingga tanpanya sel saraf tidak bisa mengirimkan sinyal dengan baik. Itulah sebabnya neuritis optik dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

Jenis-Jenis Neuritis Optik

Neuritis optik terbagi menjadi tiga jenis apabila diklasifikasikan berdasarkan onset/klinis, di antaranya sebagai berikut:

 

  • Fase akut: Berlangsung selama kurang dari 7 hari sejak timbulnya gejala.
  • Fase subakut: Berlangsung 1 minggu hingga 3 bulan.
  • Fase kronis: Berlangsung lebih dari 3 bulan.

Baca juga: Ablasio Retina (Retinal Detachment) Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Penyebab Neuritis Optik

Belum diketahui secara pasti penyebab neuritis optik. Para ahli meyakini bahwa neuritis optik terjadi ketika sistem imun keliru menargetkan substansi yang menutupi saraf optik sehingga mengakibatkan peradangan kerusakan pada mielin.

 

Normalnya, mielin membantu impuls listrik bergerak cepat dari mata ke otak, tempat impuls diubah menjadi informasi visual. Namun, neuritis optik mengganggu proses ini sehingga memengaruhi penglihatan.

 

Adapun beberapa kondisi autoimun yang sering dikaitkan dengan neuritis optik adalah sebagai berikut:

 

  • Multiple sclerosis: Suatu kondisi ketika sistem autoimun menyerang selubung mielin yang menutupi serabut saraf di otak. Risiko multiple sclerosis setelah seseorang terkena neuritis optik meningkat jika pemindaian MRI menunjukkan lesi pada otak.
  • Neuromyelitis optica: Suatu kondisi ketika peradangan memengaruhi saraf optik dan sumsum tulang belakang. Kondisi ini mirip dengan multiple sclerosis namun lebih jarang menyebabkan kerusakan saraf otak.
  • Myelin oligodendrocyte glycoprotein (MOG) antibody disorder: Suatu kondisi yang menyebabkan peradangan pada saraf optik, sumsum tulang belakang, atau otak. Pemulihan kondisi ini biasanya lebih baik dibandingkan pemulihan neuromyelitis optica.

Apabila gejala neuritis optik lebih kompleks, beberapa penyebab lain yang bisa dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

 

  • Infeksi bakteri atau virus.
  • Penyakit tertentu, seperti sarkoidosis, penyakit Behcet, dan lupus. Sejumlah kondisi tersebut dapat menyebabkan neuritis optik berulang.
  • Pengaruh obat-obatan. Misalnya, ethambutol yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis dikaitkan dengan neuritis optik.
  • Penyebab lain, seperti sirkulasi darah yang lemah, defisiensi vitamin B, tekanan pada saraf, dan diabetes tipe 2. 

Faktor Risiko Neuritis Optik

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami neuritis optik adalah sebagai berikut:

 

  • Usia: Kondisi ini paling sering terjadi pada orang dewasa berusia 20-40 tahun.
  • Jenis kelamin: Wanita diketahui lebih mungkin mengalami kondisi ini daripada pria.
  • Ras: Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang kulit putih.
  • Mutasi genetik: Mutasi genetik tertentu dapat meningkatkan risiko neuritis optik atau multiple sclerosis.

Baca juga: Waspada! Papiledema Bisa Jadi Tanda Penyakit Serius dan Penyebab Kebutaan

Gejala Neuritis Optik

Gejala neuritis optik melibatkan kerusakan mata dan gangguan penglihatan. Adapun beberapa gejala tersebut meliputi:

 

  • Nyeri mata. Gejala ini dapat memburuk ketika seseorang menggerakkan mata. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini mungkin tidak menimbulkan nyeri sama sekali.
  • Kehilangan ketajaman penglihatan. 
  • Kehilangan lapang pandang atau kehilangan penglihatan (kebutaan).
  • Kehilangan penglihatan warna (diskromatopsia). Penurunan dalam seberapa baik mata melihat warna, terutama warna merah.
  • Flashing lights. Beberapa orang dengan neuritis optik seakan melihat lampu yang berkedip-kedip saat mata bergerak.

Diagnosis Neuritis Optik

Diagnosis neuritis optik dimulai dengan anamnesis (wawancara medis) mengenai gejala dan riwayat medis pasien. Dalam menjalankan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan tes mata berikut ini:

 

  • Pemeriksaan kemampuan mata dalam melihat warna dan penglihatan samping (perifer).
  • Oftalmoskopi, untuk mengevaluasi cakram optik (tempat saraf optik memasuki retina di mata). Pada beberapa orang dengan neuritis optik, cakram optiknya terlihat bengkak.
  • Tes reaksi cahaya pupil. Pada penderita neuritis optik, pupil tidak akan mengerut seperti pupil pada mata yang sehat saat terkena cahaya.

Beberapa pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan untuk membantu mengkonfirmasi diagnosis neuritis optik adalah sebagai berikut:

 

  • Optical coherence tomography (OCT), untuk mengukur ketebalan lapisan serat saraf retina mata yang sering kali lebih tipis akibat neuritis optik.
  • Uji lapang pandang, untuk mengukur penglihatan tepi setiap mata untuk menentukan apakah pasien kehilangan penglihatan.
  • Magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan ini penting untuk memastikan apakah ada area yang rusak (lesi) di otak. Lesi tersebut menunjukkan risiko tinggi terkena multiple sclerosis.
  • Tes darah, untuk memeriksa infeksi atau antibodi tertentu. Untuk kasus neuritis optik atipikal, darah juga dapat diuji untuk antibodi MOG.

Pengobatan Neuritis Optik

Perawatan untuk neuritis optik umumnya melibatkan satu atau dua pendekatan utama, di antaranya:

 

  • Obat antiinflamasi intravena (steroid): Untuk mengurangi peradangan dan meminimalkan kerusakan pada saraf optik. Obat ini juga mengurangi rasa sakit dan membantu mengatasi kehilangan penglihatan.
  • Mengobati penyebab yang mendasari atau faktor yang berkontribusi. Misalnya, memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi atau prosedur plasma exchange (PLEX) untuk menekan aktivitas sistem kekebalan tubuh.

Demikian penjelasan mengenai neuritis optik yang penting untuk Anda pahami. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan dengan segera guna mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah, seperti kehilangan penglihatan atau kebutaan.

 

Karena itu, jika Anda mengalami keluhan yang mengarah pada neuritis optik atau gangguan penglihatan lainnya, jangan diabaikan. Segera konsultasikan kondisi mata Anda melalui layanan Neuro-Ophthalmology JEC Eye Hospitals and Clinics untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh dan penanganan yang komprehensif.

 

Dengan teknologi canggih dan tim dokter berpengalaman, JEC siap membantu menjaga kesehatan mata Anda secara optimal!

 

Baca juga: Pahami Arti Mata Silinder: Penyebab, Gejala, dan Perawatan

icon-doctor