Pernah merasa kesulitan melihat tulisan dari dekat namun tetap nyaman melihat objek yang jauh? Kondisi ini mungkin saja mengindikasikan hipermetropia atau rabun dekat.
Hipermetropia adalah gangguan refraksi pada mata yang membuat penglihatan jarak dekat menjadi buram, sementara penglihatan jarak jauh biasanya tetap jelas. Meski umumnya terjadi pada orang dewasa, kondisi ini juga bisa dialami oleh anak-anak.
Gangguan mata ini tidak hanya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti membaca, atau menggunakan gadget, namun juga bisa memicu ketegangan mata dan sakit kepala jika dibiarkan. Pahami lebih lanjut mengenai gejala dan penanganan hipermetropia di bawah ini.
Apa Itu Hipermetropia (Rabun Dekat)?
Hipermetropia adalah kelainan refraksi pada mata di mana cahaya yang masuk tidak difokuskan tepat di retina, melainkan jatuh di belakangnya. Akibatnya, penglihatan pada jarak dekat menjadi buram, sementara penglihatan jarak jauh biasanya tetap jelas—terutama pada kasus ringan hingga sedang.
Pada kondisi ini, penderita biasanya:
- Biasanya lebih jelas melihat benda-benda yang jauh (minimal 6 meter atau hampir 20 kaki).
- Mengalami kesulitan untuk memfokuskan mata pada benda-benda yang dekat.
- Pada hipermetropia berat, penglihatan jauh juga bisa terganggu.
Rabun dekat biasanya sudah ada sejak lahir dan seringkali diturunkan secara genetik dalam keluarga. Kabar baiknya, penderita kondisi ini tetap bisa memiliki penglihatan hampir normal menggunakan kacamata atau lensa kontak. Pilihan pengobatan lainnya adalah pembedahan.
Hipermetropia berbeda dengan presbiopia, yang juga menyebabkan kesulitan melihat dari jarak dekat. Namun, kondisi presbiopia terjadi akibat penuaan alami dan penurunan fleksibilitas lensa mata, biasanya mulai usia 40-an ke atas.
Baca juga: Astigmatisme (Mata Silinder), Ini Gejala dan Penanganannya
Penyebab Hipermetropia
Secara umum, beberapa penyebab hipermetropia adalah sebagai berikut:
- Memiliki bola mata dengan diameter yang relatif pendek. Dalam kondisi normal, bola mata memiliki panjang yang cukup untuk memungkinkan cahaya jatuh tepat di retina. Namun, pada penderita hipermetropia, panjang aksial mata lebih pendek dari normal, sehingga cahaya belum sempat difokuskan ketika mencapai retina—dan malah melewati retina.
- Memiliki bentuk kornea yang lebih datar dari yang diharapkan. Kornea adalah lapisan transparan paling depan dari mata yang berperan besar dalam membiaskan cahaya. Pada mata normal, kornea memiliki kelengkungan tertentu untuk membiaskan cahaya secara optimal. Namun, pada bentuk kornea yang terlalu datar, cahaya tidak cukup dibelokkan menuju retina.
- Faktor genetik. Banyak kasus hipermetropia bersifat herediter (diturunkan dalam keluarga). Jika orang tua memiliki hipermetropia, kemungkinan anak juga mengalaminya akan lebih tinggi.
Gejala Hipermetropia
Gejala utama hipermetropia adalah objek yang berada di dekat mata sehingga perlu menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas. Gejala lainnya meliputi:
- Mata mudah merasa lelah.
- Nyeri di dalam mata atau di sekitar mata.
- Rasa tidak nyaman pada mata.
- Sakit kepala setelah membaca, menulis, atau menatap komputer dalam jarak dekat selama beberapa saat.
Baca juga: Katarak: Ini Penyebab, Gejala, Pengobatan, & Pencegahannya
Diagnosis Hipermetropia
Sebelum menegakkan diagnosis hipermetropia, dokter akan melakukan anamnesis (wawancara medis) mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan mata komprehensif.
Selama pemeriksaan, dokter biasanya akan menggunakan obat tetes khusus untuk memperlebar pupil dan menonaktifkan akomodasi. Hal ini akan memungkinkan dokter untuk mengevaluasi bagian mata dengan lebih komprehensif.
Dokter akan menyinari mata dengan cahaya dan menggunakan beberapa instrumen untuk memeriksa kesehatan mata. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan refraksi dimana pasien diminta membaca huruf dari jarak tertentu.
Pengobatan Hipermetropia
Hipermetropia adalah suatu kondisi yang bisa diperbaiki melalui bantuan beberapa perawatan. Pilihan perawatannya sebagai berikut:
- Kacamata: Ini merupakan perawatan paling sederhana untuk hipermetropia. Lensa cembung (positif) pada kacamata bekerja dengan cara memfokuskan cahaya yang masuk untuk jatuh tepat pada retina. Derajat keparahan hipermetropia akan menentukan jenis lensa yang tepat serta seberapa sering penderita perlu mengenakannya.
- Lensa kontak (softlens): Cara kerja softlens sama dengan kacamata, namun bentuknya lebih kecil daripada lensa kacamata dan dipasang langsung pada permukaan bola mata. Namun, tidak semua orang cocok menggunakan lensa kontak, misalnya orang yang memiliki mata kering atau infeksi mata.
- Operasi: Ada banyak pilihan operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi, seperti LASIK atau penggunaan lensa intraokular untuk hasil jangka panjang. Operasi ini memperbaiki bentuk kornea atau mengganti lensa alami mata dengan lensa buatan.
Demikian penjelasan mengenai hipermetropia yang perlu Anda pahami. Mengalami hipermetropia bisa sangat mengganggu, apalagi jika aktivitas sehari-hari kamu menuntut fokus pada detail dan penglihatan jarak dekat.
Jika ingin solusi jangka panjang untuk mengatasi hipermetropia, konsultasikan kondisi matamu ke JEC. Sebagai pusat layanan kesehatan mata terdepan di Indonesia, JEC menyediakan Layanan LASIK dengan teknologi terkini dan tenaga medis berpengalaman untuk memastikan hasil yang optimal dan aman.
Segera jadwalkan pemeriksaan dan temukan solusi terbaik untuk penglihatan yang lebih jelas bersama JEC!
Baca juga: Apa Itu Fotofobia? Pahami Gejala dan Penanganannya