Sindrom Horner adalah sindrom neurologis langka yang memengaruhi wajah, mata, dan area di sekitarnya pada salah satu sisi wajah. Penyakit mata ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, namun bisa juga tidak diketahui secara pasti penyebabnya.
Sindrom ini biasanya ditandai dengan ukuran pupil mata di sisi kiri dan kanan yang berbeda, kelopak mata menurun, dan lain-lain. Mari pelajari lebih lanjut mengenai Horner syndrome melalui ulasan di bawah ini.
Apa Itu Sindrom Horner?
Sindrom Horner yang dikenal juga sebagai kelumpuhan okulosimpatis atau sindrom Bernard-Horner adalah masalah neurologi yang memengaruhi mata dan jaringan di sekitarnya pada salah satu sisi wajah.
Kondisi ini cukup jarang terjadi. Meski begitu, kondisi ini dapat dialami oleh berbagai kalangan usia.
Penyebab Sindrom Horner
Sindrom ini dapat terjadi akibat adanya gangguan pada jalur saraf simpatis yang menghubungkan batang otak ke mata dan wajah. Saraf simpatis sendiri berperan mengontrol fungsi yang tidak disengaja, seperti pelebaran dan penyempitan pupil mata.
Penyebab kerusakan saraf ini cukup bervariasi, mulai dari infeksi telinga tengah hingga diseksi atau robekan arteri karotis atau tumor dada apikal. Sindrom ini juga bisa dipicu oleh masalah kesehatan serius, seperti stroke, tumor otak atau tulang belakang, serta cedera tulang belakang.
Di beberapa kasus, tidak diketahui secara pasti apa yang memicu terjadinya sindrom Bernard-Horner. Kasus-kasus ini disebut sebagai sindrom Horner idiopatik.
Sementara itu, pada beberapa kasus yang jarang terjadi, sindrom ini merupakan kondisi bawaan sejak lahir. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa jenis trauma kelahiran atau cedera saraf selama persalinan.
Sindrom Horner dapat melibatkan tiga jalur saraf yang berbeda. Gangguan bisa terjadi di salah satu jalur tersebut dan memicu sindrom ini.
Karenanya, terdapat tiga jenis sindrom Bernard-Horner berdasarkan letak jalur neuron yang terlibat dengan kemungkinan penyebab yang berbeda. Berikut masing-masing penjelasannya:
- Sindrom Horner tingkat pertama (sentral). Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada saraf yang berawal dari hipotalamus dan mengarah ke bawah melalui batang otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan ini bisa terjadi karena:
- Gangguan aliran darah ke batang otak secara tiba-tiba.
- Tumor di hipotalamus.
- Cedera sumsum tulang belakang.
- Multiple sclerosis.
- Malformasi Chiari.
- Radang otak (ensefalitis).
- Meningitis.
- Sindrom Wallenberg.
- Syringomyelia.
- Sindrom Horner tingkat kedua (preganglionik). Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada jalur saraf yang memanjang dari ruas tulang belakang mengarah ke dada dan bagian atas paru-paru dan di sepanjang arteri karotis di leher. Adapun kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan ini, di antaranya:
- Tumor di bagian atas paru-paru atau rongga dada.
- Trauma pada leher atau rongga dada akibat kecelakaan atau operasi.
- Cedera pleksus brakialis (jalinan saraf yang mengendalikan bahu hingga tangan).
- Gigi yang mengalami abses pada rahang.
- Sindrom Horner tingkat ketiga. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada jalur saraf yang menjalar dari leher ke telinga tengah dan mata. Kerusakan ini bisa terjadi karena:
- Lesi pada arteri karotis.
- Infeksi telinga tengah.
- Cedera pada dasar tengkorak.
- Migrain.
- Raeder paratrigeminal syndrome.
- Pembedahan arteri karotis internal atau aneurisma arteri karotis.
- Herpes zoster.
- Arteritis temporal.
Baca juga: Mata Kering yang Tak Tertangani Dapat Akibatkan Kerusakan Permukaan Mata
Gejala Sindrom Horner
Sindrom Horner umumnya hanya memengaruhi salah satu sisi wajah. Adapun tanda dan gejalanya meliputi:
- Pupil yang mengecil terus-menerus (miosis).
- Perbedaan yang mencolok pada ukuran pupil di antara kedua mata (anisocoria).
- Keterlambatan atau hambatan pelebaran pupil yang terdampak saat cahaya redup.
- Kelopak mata bagian atas terkulai (ptosis).
- Peninggian kelopak mata bagian bawah, terkadang disebut ptosis terbalik.
- Tampilan cekung pada mata yang terdampak.
- Keringat hanya sedikit atau bahkan tidak ada (anhidrosis) di sisi wajah yang terdampak.
Sementara itu, beberapa gejala yang mungkin muncul pada anak-anak adalah sebagai berikut:
- Warna iris lebih terang pada mata yang terdampak, biasanya terjadi pada anak di bawah usia 1 tahun.
- Perubahan warna pada sisi wajah yang terdampak, biasanya terlihat saat kepanasan, melakukan aktivitas fisik, atau akibat reaksi emosional.
Baca juga: Katarak Tahap Awal: Kenali Gejalanya Sebelum Terlambat
Diagnosis Sindrom Horner
Sebelum menegakkan diagnosis sindrom Horner, dokter akan melakukan anamnesis (wawancara medis) terlebih dahulu. Dokter mungkin akan menanyakan tentang gejala, serta riwayat cedera, penyakit, dan operasi di masa lalu.
Kemudian, proses diagnosis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin juga meminta pasien melakukan tes tambahan untuk menentukan penyebab sindrom Horner, seperti:
- Tes pencitraan menggunakan rontgen dada, MRI, CT scan, atau USG.
- Tes darah lengkap, termasuk pemeriksaan hitung darah lengkap dan laju endap darah.
Pengobatan Sindrom Horner
Pengobatan sindrom Horner bertujuan untuk menangani penyebab yang mendasarinya. Sejumlah tindakan medis yang bisa dilakukan oleh dokter untuk menangani kondisi ini adalah sebagai berikut:
- Meresepkan obat antibiotik atau antiviral jika disebabkan oleh infeksi.
- Meresepkan obat antiinflamasi jika disebabkan oleh peradangan, seperti multiple sclerosis.
- Meresepkan obat pengencer darah, seperti aspirin, jika disebabkan oleh stroke.
- Melakukan tindakan angioplasti dan meresepkan obat antiplatelet jika disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah arteri di sekitar leher.
- Melakukan operasi, kemoterapi, dan/atau radioterapi jika disebabkan oleh tumor atau kanker pada otak atau tulang belakang.
Itulah penjelasan mengenai sindrom Horner yang perlu Anda pahami. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan sesegera mungkin agar tidak memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Karenanya, hubungi dokter bila Anda atau kerabat mengalami gejala yang mengarah pada sindrom ini.
Dalam hal ini, jangan ragu untuk mengunjungi JEC. JEC menyediakan Layanan Neuro-Oftalmologi yang akan membantu Anda menangani masalah penglihatan yang berkaitan dengan sistem saraf bersama para dokter berpengalaman. Yuk, percayakan penanganan masalah penglihatan Anda pada JEC!
Baca juga: Mengatasi Mata Silinder: Panduan Komprehensif untuk Perawatan dan Koreksi