Mengenal Sindrom Adie, Inilah Gejala dan Cara Menanganinya!

Ditinjau oleh Dr. Valenchia, SpM, ChM
Oleh Tim Medis JEC

  26 Dec 2025

  8 Views

Share
sindrom adie

Sindrom Adie adalah gangguan neurologis yang memengaruhi ukuran pupil dan beberapa refleks otot. Kondisi ini biasanya hanya memengaruhi satu mata dan sering kali gejalanya ringan sehingga sulit disadari.

 

Mengenali tanda-tanda awal sindrom Adie penting agar Anda dapat memahami perubahan pada penglihatan atau refleks tubuh. Simak penjelasan lengkap mengenai kondisi ini pada artikel berikut untuk mengetahui gejala, penyebab, dan informasi penting lainnya.

Apa Itu Sindrom Adie?

Sindrom Adie, yang juga dikenal sebagai pupil tonik, adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan satu pupil yang membesar dan hilangnya refleks tendon dalam (refleks otot saat diregangkan).

 

Pupil sendiri adalah bagian gelap di tengah mata. Pada sindrom Adie, satu pupil lebih besar dibandingkan mata lainnya. Normalnya, pupil akan mengecil saat terkena cahaya terang dan membesar dalam cahaya redup atau gelap. Namun, pada pupil Adie, respons terhadap cahaya tidak normal sehingga pupil tidak mengecil sebagaimana mestinya.

 

Sindrom ini juga sering memengaruhi tendon Achilles, yaitu tendon di bagian belakang betis yang menghubungkan pergelangan kaki dengan tumit. Saat tendon ini dipukul ringan, biasanya muncul gerakan refleks, tetapi pada sindrom Adie refleks ini tidak terjadi.

 

Meski memengaruhi penglihatan dan refleks tubuh, Sindrom Adie tidak berbahaya dan bukan kondisi yang mengancam nyawa.

 

Anda mungkin akan mendengar tenaga medis menyebut Sindrom Adie dengan nama lain, seperti:

  • Pupil Adie.
  • Sindrom Pupil Adie.
  • Pupil Tonik Adie.
  • Sindrom Holmes-Adie.

Penyebab Sindrom Adie

Para peneliti belum sepenuhnya mengetahui penyebab pasti sindrom Adie. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kerusakan pada area berikut dapat memicu gejala sindrom Adie:

  • Ciliary ganglion: Sekelompok sel saraf di dalam rongga mata, tepat di belakang mata. Struktur ini mengatur saraf yang mengendalikan respons pupil terhadap cahaya, sekaligus mengontrol otot lensa mata agar lensa dapat berubah bentuk untuk memfokuskan objek.
  • Dorsal root ganglion: Sekelompok sel saraf yang berada di luar sumsum tulang belakang, dekat kolom tulang belakang. Struktur ini mengirimkan informasi sensorik dari sistem saraf perifer, seperti otot, ke sumsum tulang belakang.

Kerusakan pada area ini dapat terjadi akibat kondisi berikut:

  • Penyakit autoimun (amyloidosis, Guillain-Barre, lupus, polyarteritis nodosa, sarcoidosis, atau sindrom Sjogren).
  • Infeksi (COVID-19, HIV, HPV, Lyme, sifilis, atau varisela).
  • Iskemia atau gangguan aliran darah dan oksigen (giant cell arteritis dan vasospasme).
  • Cedera.
  • Neuropati sistemik otonom dan perifer (Ross syndrome, Harlequin syndrome).
  • Tumor.

Selain itu, beberapa kasus sindrom Adie dilaporkan muncul setelah menjalani operasi pada mata atau rongga mata.

Faktor Risiko Sindrom Adie

Sindrom Adie biasanya terjadi pada usia 25 hingga 45 tahun, dengan rata-rata usia saat diagnosis sekitar 32 tahun. Kondisi ini cenderung lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.

 

Meskipun begitu, sindrom Adie jarang diturunkan secara genetik sehingga sebagian besar kasus muncul secara sporadis atau acak, tanpa riwayat keluarga sebelumnya.

 

Baca juga: Sakit Kepala Sebelah Kiri Sampai ke Mata: 5 Penyebab dan Cara Mengatasinya

Gejala Sindrom Adie

Dua tanda utama Sindrom Adie adalah:

  • Pupil yang lebih besar dari normal dan mengecil secara perlahan saat terkena cahaya terang.
  • Refleks tendon dalam yang lambat atau bahkan hilang (refleks otot saat diregangkan).

Tanda-tanda ini biasanya muncul pada satu sisi tubuh, tetapi juga dapat memengaruhi kedua sisi.

 

Gejala Sindrom Adie yang memengaruhi mata meliputi:

  • Penglihatan kabur.
  • Silau.
  • Sensitif terhadap cahaya (fotofobia).

Adapun gejala yang lebih jarang terjadi antara lain:

  • Sakit kepala.
  • Nyeri pada wajah.
  • Hilangnya refleks lutut.
  • Keringat berlebih.

Diagnosis Sindrom Adie

Dokter biasanya memulai proses diagnosis dengan melakukan anamnesis untuk menanyakan keluhan yang dirasakan pasien, seperti ukuran pupil yang berbeda, sensasi silau, atau perubahan refleks tendon.

 

Setelah itu, dokter melakukan pemeriksaan pupil dan responsnya terhadap cahaya serta fokus dekat. Pemeriksaan tersebut sering dilakukan menggunakan slit-lamp untuk menilai kelemahan otot iris secara detail.

 

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan uji pilokarpin dosis rendah, di mana pupil yang lebih besar akan mengecil lebih banyak dibanding pupil normal. Hal ini terjadi karena otot iris menjadi lebih sensitif akibat gangguan saraf parasimpatis.

 

Dokter juga akan memeriksa refleks tendon dalam, seperti refleks lutut atau Achilles, karena hilangnya atau melambatnya refleks ini menjadi ciri khas sindrom Adie, yang juga dikenal sebagai Holmes-Adie syndrome.

 

Baca juga: Mata Buram Sebelah: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Sindrom Adie

Jika gejala sindrom Adie disebabkan oleh infeksi atau kondisi tertentu, dokter akan memberikan penanganan sesuai dengan kondisi Anda karena pengobatan dapat berbeda pada tiap orang.

 

Beberapa pilihan penanganan yang mungkin disarankan meliputi:

  • Kacamata resep untuk mengatasi penglihatan buram.
  • Kacamata hitam untuk mengurangi silau.
  • Tetes mata pilokarpin untuk membantu mengurangi silau.

Meski demikian, dalam banyak kasus tidak diperlukan pengobatan khusus, terutama bila gejala tidak memengaruhi fungsi penglihatan atau kesehatan secara signifikan.

 

Itulah penjelasan tentang sindrom Adie, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara diagnosis dan penanganannya. Mengenali tanda-tanda sejak dini sangat penting untuk memastikan kondisi ini terpantau dengan baik.

 

Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau ingin pemeriksaan lebih mendalam terkait saraf mata, Anda dapat memeriksakan diri melalui layanan Neuro-Oftalmologi di JEC Eye Hospitals and Clinics. 

 

Melakukan pemeriksaan sejak dini merupakan langkah sederhana yang sangat penting, karena dapat membantu memantau kesehatan mata dan saraf secara menyeluruh. Dengan begitu, potensi gangguan dapat dikenali lebih awal sehingga penglihatan dan fungsi saraf mata tetap terjaga secara optimal dalam jangka panjang.

 

Baca juga: Mengenal Diplopia, Penyebab, Gejala, hingga Pengobatannya

icon-doctor