
Pernahkah Anda melihat aksi demonstrasi atau kerusuhan yang dibubarkan aparat dengan gas air mata? Meski dianggap sebagai senjata nonmematikan, efek gas air mata bisa mempengaruhi kesehatan tubuh dalam jangka pendek hingga jangka panjang.
Karenanya, perlu adanya penanganan yang tepat dan tanggap. Mari pahami dampak hingga tips mengatasinya dalam ulasan ini!
Apa Itu Gas Air Mata?
Gas air mata (tear gas) merupakan sekumpulan zat kimia yang menyebabkan iritasi pada mata, kulit, hidung, dan saluran pernapasan.
Meskipun disebut gas, bahan ini biasanya dalam bentuk padatan atau cairan yang diubah menjadi kabut/aerosol untuk digunakan dalam pengendalian massa.
Adapun dua jenis paling umum yang digunakan antara lain CN (chloroacetophenone) dan CS (chlorobenzylidenemalononitrile).
CN lebih menargetkan ke mata, sedangkan CS adalah zat iritan yang lebih kuat, memicu sensasi terbakar di saluran pernapasan dan menyebabkan mata tertutup secara refleks. Efek CS biasanya cepat hilang dalam waktu 5–10 menit setelah menghirup udara segar.
Lantas, apakah gas air mata menyebabkan kematian? Pada dasarnya, gas air mata tidak secara langsung menyebabkan kematian. Hanya saja efeknya bergantung pada kondisi kesehatan pasien.
Gas air mata banyak digunakan sebagai alat non mematikan dalam pengendalian kerusuhan oleh aparat.
Fungsi gas air mata ini didasarkan pada efek iritasi yang tidak menyebabkan kerusakan jangka panjang pada umumnya.
Efek Jangka Pendek Gas Air Mata
Paparan gas air mata umumnya memicu sejumlah reaksi iritasi di area tubuh yang lembab, seperti:
- Mata: berair, rasa terbakar, kemerahan, menuju penglihatan kabur atau bahkan tertutup secara otomatis.
- Saluran pernapasan dan tenggorokan: terasa kering, terbakar, sulit menelan, batuk, mengi, sesak, mual, dan muntah.
- Kulit: iritasi, ruam, kemungkinan luka bakar kimia jika kontak cukup intens.
- Risiko fisik: proyektil atau granat gas dapat menyebabkan luka bakar atau trauma akibat panas atau benturan.
Gejala ringan biasanya akan membaik dalam waktu 15–30 menit setelah paparan berakhir, tetapi iritasi kulit atau paru dapat berlangsung lebih lama, bahkan hingga berhari-hari apabila terkena paparan berat.
Baca Juga: Ciri-Ciri Sakit Mata, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya
Efek Jangka Panjang Gas Air Mata
Meski efek gas air mata bisa hilang dengan cepat, paparan dalam ruangan atau dalam dosis tinggi bisa memicu efek serius seperti berikut:
- Kebutaan.
- Luka bakar kimia.
- Gagal pernapasan.
Orang-orang yang memiliki riwayat penyakit paru-paru kronis seperti asma atau PPOK pun lebih rentan terhadap efek serius, terutama jika berada di dalam ruang terbatas.
Cara Menghilangkan Efek Gas Air Mata
Dikutip dari jurnal berjudul Noxious effects of riot control agents on the ocular surface: Pathogenic mechanisms and management, penangan paparan gas air mata sebaiknya dilakukan sesegera mungkin melalui tahapan dekontaminasi hingga evaluasi lanjutan jika diperlukan. Berikut penjelasannya:
1. Dekontaminasi
Langkah awal adalah dekontaminasi lapangan. Penolong pertama, dokter, atau tenaga medis harus menghindari kontaminasi sekunder dengan memakai pelindung seperti kacamata dan masker bedah.
Pasien sebaiknya dipindahkan dari sumber gas ke ruang yang berventilasi baik karena partikel gas dapat menumpuk di area tertutup. Jika pasien menggunakan kontak lensa, maka harus segera dilepas.
Selanjutnya, tahap yang paling penting adalah irigasi mata dengan air bersih atau larutan saline selama 15–20 menit untuk menghilangkan partikel kimia dari permukaan mata.
Pakaian terpapar harus dilepas hati-hati dan disimpan dalam kantong tertutup. Selain itu, tubuh perlu dicuci dengan sabun ringan dan air mengalir untuk membersihkan residu kimia.
2. Evaluasi Medis
Pasien dengan gejala sedang hingga berat sebaiknya dirujuk ke dokter mata. Pemeriksaan meliputi riwayat paparan, tes ketajaman penglihatan, serta evaluasi dengan slit lamp untuk mendeteksi iritasi, kerusakan epitel, atau ulkus kornea.
Jika partikel gas masih menempel, dapat diangkat dengan kapas steril. Pada tindak lanjut, sensitivitas kornea juga diperiksa dengan Cochet Bonnet Esthesiometer atau confocal microscopy.
Cochet Bonnet Esthesiometer, yaitu monofilamen nilon dengan panjang bervariasi untuk mengukur ambang sensitivitas saraf kornea. Sementara itu, in vivo confocal microscopy dapat digunakan untuk melihat integritas serabut saraf secara langsung.
Kombinasi pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kerusakan saraf dan mencegah komplikasi jangka panjang.
Itulah penjelasan lengkap mengenai efek gas air mata serta cara mengatasinya. Meski sebagian besar gejalanya bisa mereda dengan perawatan awal, paparan gas air mata yang cukup parah tetap berisiko menimbulkan komplikasi serius pada mata maupun sistem pernapasan.
Apabila terkena gas air mata, sebaiknya segera periksakan apabila gejala tidak kunjung membaik atau efeknya terasa semakin berat. Untuk mendapatkan penanganan yang tepat, Anda bisa berkonsultasi dengan tenaga medis profesional di JEC Eye Hospitals and Clinics.
Melalui layanan Trauma Oftalmik, pasien akan mendapatkan pemeriksaan komprehensif serta perawatan yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Ditangani oleh dokter mata berpengalaman dan didukung teknologi modern, JEC memastikan setiap pasien mendapat solusi yang aman, efektif, dan tepat sasaran.
Dukungan teknologi mutakhir dan dokter mata berpengalaman di JEC siap menyediakan layanan yang terjamin untuk menjaga kesehatan mata Anda.
Baca Juga: 10 Penyebab Mata Merah dan Cara Alami Mengatasinya